Pengalaman Perjalanan Wisata Murah Terbaik Yang Pernah Saya Alami
Saat ke Bali naik bus (dari Jakarta) berdua saja bersama sahabat kuliah.
Saya saat itu baru berusia 20 tahun (iya, sudah lama sekali, adik-adik), dan secara ajaib diizinkan pergi jalan-jalan semi-backpacking oleh ortu (biasanya dari kost di Depok ke rumah di Tangerang saja saya dijemput ortu atau adik..). Maka saya manfaatkan perjalanan seminggu itu semaksimal mungkin.
Kami naik bus (masih ingat, naik Safari Darma Raya dari pool Permata Hijau) dengan berbekal masing-masing satu ransel. Keesokan harinya (siang), tiba di terminal dan dijemput anak pemilik villa di Ubud. Kami bisa menyewa satu kamar di villa tersebut dengan harga miring (tak sampai Rp. 300 ribu, karena pemiliknya masih saudara teman saya. Nama villanya sendiri sudah nggak ingat, dulu masih dikelilingi sawah tapi terakhir ke Ubud sepertinya sudah jadi warung dan hotel semua, hiks..
Setelah istirahat semalam, keesokan harinya kami menyewa mobil plus pemandu untuk berkeliling ke beberapa tempat (Pura Taman Ayun, Air Terjun Gitgit, sama pemandian air panas yang tak ingat nama maupun lokasinya). Waktu itu seingat saya itu adalah booking rombongan, namun yang lain membatalkan jadi rombongan turnya kami berdua. Puas banget main karena bisa seenaknya menentukan jadwal (lamanya mampir di suatu tempat, dsb). Waktu terlama dihabiskan di Gitgit, karena perlu waktu untuk mencapai air terjunnya, dan setelah sampai rasanya sayang kalau buru-buru kembali, hehe
Kemudian besoknya dihabiskan dengan menikmati villa dan berkeliling Ubud yang masih agak sepi waktu itu (tahun 2000). Sawahnya masih banyak, dan di banjar seberang villa anak-anaknya sedang berlatih untuk pagelaran tari. Kami sangat beruntung, suasana desa khas Bali-nya masih dapet banget.
Keesokan paginya, kami check out dari villa dan naik angkot (semacam mitsubishi elf/colt) menuju Denpasar. Dari Denpasar menuju Kuta, kami kesulitan mendapat taksi, dan akhirnya menumpang mobil. Ya, hitchhiking! Pengalaman baru yang agak menegangkan—kebayang deh, kalau ibu saya tahu pasti saya diomeli habis-habisan—karena kami dua perempuan muda lugu (halah!) menumpang sedan tua yang dikendarai seorang bapak-bapak. Beruntunglah bapak itu (maaf, Pak, saya lupa nama Bapak, tapi jasa Bapak tetap kusyukuri hingga sekarang) sangat ramah dan baik. Beliau mengelola toko suvenir dan jasa pariwisata (pemandu wisata dan jasa wisata harian) di Denpasar yang kebetulan memang akan ke Kuta.
Di Kuta kami menginap di wisma milik Kementerian Pekerjaan Umum (dulu Departemen PU). Saya mendapat info mengenai wisma tersebut dari tante yang bekerja di Dinas PU Jatim. Kalau tidak salah, tidak sampai Rp. 200 ribu per malam untuk kamar dengan kamar mandi dalam dan kipas angin (tanpa AC). Kipas angin pun sudah cukup adem walaupun Kuta terik, karena wisma tersebut banyak pohonnya. Saya sarankan bawa handuk dan peralatan mandi sendiri karena fasilitasnya sederhana (memang bukan hotel komersil, sih). Sarapannya pun sederhana—nasi atau mi goreng—tapi cukup mengenyangkan. Saya juga menggunakan kain pantai sebagai selimut, karena selimut yang disediakan terlalu tebal dan agak gatal. Tapi secara umum tak ada masalah keamanan maupun kenyamanan selama menginap di sana. Selama tiga hari di Kuta kami hanya ke pantai (bolak-balik!) dan toko-toko suvenir di sekitar Kuta (lagi-lagi, belum seramai sekarang..). Eh, sempat juga ke Sukowati naik angkot (belum zaman googlemaps—modal sok tahu ngikut ibu2 yang bawa barang dagangan, haha).
Hari terakhir, kami naik taksi ke terminal dan naik bus lagi menuju Jakarta. Secara total (transportasi-akomodasi-konsumsi-oleh-oleh) biaya yang kami keluarkan masing-masing nggak sampai sejuta. Murah meriah & menyenangkan!
0 Response to "Pengalaman Perjalanan Wisata Murah Terbaik Yang Pernah Saya Alami"
Post a Comment